RSS Subscription

Subscribe via RSS reader:
Subscribe via Email Address:
 

dunia ajaib alias desa manis

Posted By misteri99.blogspot.com On 13.26 Under

PASAR India yang sedang mekar-mekarnya dan sangat menggiurkan bagi China. Penduduk negara Asia Selatan yang mencapai lebih dari satu miliar jiwa itu juga makin punya banyak uang untuk dibelanjakan. Tapi nilai-nilai lama tetap berlaku.

Alkisah ada seorang gadis India berusia 20 tahun yang senang sekali dengan celana jins barunya. Jins itu bermerek Replay. Sesuai mode terkini jins itu harus direndam dalam sabun pemutih, dan dengan hati-hati dibuat lubang pada bagian paha dan bawah lutut, seolah-olah sudah koyak dan usang.

Bibi yang suka menolong
Ketika berangkat kerja, celana itu ia letakkan di tempat tidurnya. Sepulang kerja, bibinya yang suka menolong ternyata telah menjahit lubang-lubang di celananya. Bibi tua tahu caranya menisik pakaian koyak. Ia berasal dari zaman yang masih sederhana. Jadi, bagaimana harus menjelaskan pada si bibi bahwa untuk memperoleh lubang-lubang itu si gadis sampai menghabiskan 200 euro, dua juta rupiah lebih.

Mal-mal di kota kecil Gurgaon menyajikan celana jins semua merek dari seluruh penjuru dunia. Kebanyakan berasal dari China, seperti celana jins Replay tadi. Memang namanya barang India, karena dirancang di Mumbai, tapi celananya sendiri dibuat di Cina.

Banyak keluarga jalan-jalan santai di sepanjang toko yang menawarkan mode dan produk-produk lifestyle yang tak terbeli. Semburan udara dingin keluar dari AC, tempatnya bersih dan baru. Sementara di luar suasananya berdebu, berisik, dan suhu mencapai 40 derajat Celsius.

Keluarga beranggota empat orang ini ramai-ramai naik satu sepeda motor, pulang ke rumah, yang listriknya mungkin padam dan tidak ada air bersih.

Karena itu lebih baik naik turun eskalator saja sambil beli eskrim. Inilah dunia ajaib Gurgaon, artinya desa manis. 15 tahun lalu Gurgaon masih sebuah desa, 20 kilometer di sebelah selatan ibukota Delhi. Ketika harga tanah di Delhi melonjak karena pertumbuhan ekonomi, dunia usaha pindah ke desa ini. Begitu pula kelas menengah baru Delhi, yang mencari apartemen baru.

Kini kompleks perkantoran modern terlihat di mana-mana. Begitu pula pusat perbelanjaan dan gedung-gedung apartemen. Tapi semua bangunan baru itu berdiri di atas India lama, dan tanpa prasarana yang memadai. Jalan-jalan tetap kacau. Klakson terdengar berisik, karena mobil-mobil berupaya menghindari macet, sementara di pinggir jalan juga berlalu lalang rickshaw, sepeda motor, pejalan kaki dan sapi. Pengemudi paling fanatik adalah sopir minibus yang mengantar kawula muda India dari dan ke tempat kerja mereka.

Berpesta pora
Akshar, pria berusia 24 tahun, minum rum India di sebuah pub di salah satu kompleks perkantoran. Ia sering bekerja sebagai DJ di kelab-kelab keren Delhi, dan melihat generasi muda bergoyang di atas lantai dansa. Ia melihat orang muda yang dalam waktu singkat tidak bergantung lagi pada uang saku dari orangtua.

Gaji dipakai untuk berpesta pora. Mereka juga berkencan, sesuatu yang tidak dikenal oleh orangtua mereka. "Di lingkungan teman saya, semua punya pasangan," kata Akshar. Tapi, enam dari sepuluh cowok tidak bilang sudah punya pacar pada ortu mereka. Di kalangan cewek perimbangan ini mencapai delapan dari sepuluh.

Tapi dalam soal perkawinan, teman-teman yang liberal ini justru menjadi konservatif. Cowok dan cewek yang mandiri, dalam soal pasangan hidup, menjadi anak yang patuh, bukan hanya pada orangtua tapi juga pada tradisi. Mereka tidak keberatan kalau ortu yang cari jodoh, seperti biasanya, sesuai agama, kasta, dan keluarga.

Telepon genggamnya berdering: ayah kirim SMS. Orangtua Akshar sedang menantinya untuk makam malam. "Membantah orangtua bukan budaya India," kata Akshar. Dan ia ngeloyor pergi.

sumber: kompas

Posting Komentar